Radikalisme Muncul Karena Pendidikan Belum Maksimal

Radikalisme Muncul Karena Pendidikan Belum Maksimal

Ambon (Pendis) - Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi Maluku, Fesal Musaad saat memberikan sambutan pada pembukaan kegiatan Peningkatan Kompetensi Guru Pendidikan Agama pada Sekolah Bidang Multikultural di Ambon, Selasa (18/10/2016) menyatakan bahwa tantangan pendidikan yang utama di Indonesia dipegang oleh guru sebagai ujung tombak dan juru kunci pendidikan. Guru memegang peran sebagai pendorong pendidikan karakter, pemulihan mental dan saat ini juga memiliki misi sebagai pencegah radikalisme melalui pendidikan.

Radikalisme muncul karena pendidikan belum disampaikan secara maksimal, ujarnya. Selama ini upaya yang dilakukan Kemenag Provinsi Maluku adalah menghidupkan lembaga-lembaga sosial maupun masyarakat seperti majlis ta`lim atau juga organisasi-organisasi bernafas agama dari semua agama yang ada di Maluku termasuk menghidupkan hari-hari besar agar tumbuh jiwa dan perilaku toleran di antara warga Maluku. Terkait dengan pendidikan multikultural, provinsi yang terkenal dengan julukan Ambon Manise ini jelas multikultural karena multi etnis dan multi agama. Seperti diketahui Maluku juga pernah mengalami konflik berdarah 18 tahun silam, namun sekarang sudah berakhir dan dinyatakan sirna dari Bumi Pattimura. Inilah pendidikan multikultural yang bisa dikaji bersama. Luka akibat perseteruan antara kelompok tersebut bisa teratasi karena pertama adanya kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Maluku, kedua upaya luar biasa dari Kemenag, TNI dan tokoh-tokoh pemuka agama dan masyarakat agar bisa keluar dari konflik. Hasilnya luar biasa pula, di mana pada perkembangan berikutnya Ambon pernah diberi kepercayaan menjadi tuan rumah MTQ Nasional tahun 2012 dan mampu mendorong terbitnya Permenag Nomor 34 tahun 2016 tentang lembaga sekolah.

Di akhir sambutan, Musaad mendorong para GPAI untuk memiliki wawasan multikulturalisme, nilai-nilai kebersamaan, toleransi dan rasa cinta damai karena hakikatnya perbedaan atau keragaman adalah sebuah keniscayaan atau sunatullah. Di era ledakan informasi dan dunia tanpa batas seakan menjadi rumah besar tanpa pintu dan jendela sangat diperlukan kehadiran guru pendidikan agama yang bisa menjadi guru idaman di masa depan.

(wikan/dod)


Tags: