Pattani (Pendis) - Indonesia adalah negara besar yang mencirikan sebagai ummatan wahidah sekaligus ummatan wasathon yang telah diperjuangkan oleh Soekarno dan para pendiri bangsa lainnya. Hal ini dikatakan Rektor Universitas Fatoni Assoc. Prof. Dr. Ismail Lutfi Japakiya saat menerima kunjungan mahasiswa Student Mobility Program (SMP) Kementerian Agama pada Kamis (29/11).
Sanjungan Ismail Luthfi bukan tanpa alasan. Indonesia berhasil mempersatukan beribu-ribu pulau, etnik, suku, dan bahasa menjadi satu kesatuan bangsa (nation state) dan inilah Islam. Tidak ada negara di dunia seperti Indonesia dalam hal keberhasilannya menyatukan bangsanya. "Indonesia adalah negara besar dan saya selalu kagum ketika mengunjungi Indonesia," kenang Ismail Luthfi.
Luthfi mengatakan kita perlu melakukan riset serius apa rahasianya kenapa para tokoh Indonesia mampu mempersatukan bangsanya yang mayoritas beragama Islam. "Kami di Thailand ini masih berjuang agar Islam mampu dipahami dan di anut oleh bangsa kami," kata Ketua Majlis Agama-Agama di Thailand ini.
Di hadapan rombongan SMP Kementerian Agama Luthfi mengaku selama ini mengajak orang untuk memahami Islam dengan cara-cara damai (peace), hikmah, lemah lembut. "Dengan cara ini mulai banyak masyarakat di Thailan yang masuk Islam dari tahun ke tahun jumlahnya bertambah," kata Luthfi.
Luthfi merasa sangat bangga atas kunjungan bapak/ibu dan para mahasiswa ke kampusnya. "Kami telah saling kunjung dengan PT di Indonesia untuk merekatkan persaudaraan dan terus kita perkuat jalinan kerjasama terutama untuk menyiapkan para pemuda-pemuda di masa depan," katanya.
"Islam membawa misi rahmatan lil `alamin dan memajukan siratal mustaqim, karenanya kita harus berhati-hati dan mengamalkannya dengan baik. Kita harus mencontoh Nabi Muhammad yang mengajarkan akhlak yang agung (khuluqun`adzim)," demikian pesan Luthfi.
Safriansyah Kasubdit Sarpras dan kemahasiswaan atas nama Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Ditjen Pendidikan Islam menyampaikan penghargaan dan apresiasi yang tinggi kepada civtas akademika Universitas Fatoni Thailan yang selama ini telah bekerjasama dengan sejumlah PTKIN di Indonesia.
Safri berharap semoga para mahasiswa mampu mengambil banyak pelajaran (lesson learn) atas perjuangan Universitas Fatoni dalam mengembangkan perguruan tinggi di Thailan. "Kita bisa belajar dari kampus ini bagaimana berjuang ditengah-tengah kompleksitas persoalan umat, dan universitas ini berhasil eksis sampai sekarang," tegas Safriansyah.
Program SMP dilaksanakan pada tanggal 25 November-1 Desember 2018 dan diikuti oleh Ketua DEMA, SEMA dan Wakil Rektor/Wakil Ketua PTKIN se-Indonesia. Kunjungan SMP juga dilakukan ke Pendidikan Tinggi Al-Zuhri Singapura, Universitas Kebangsaan Malayasia dan Universitas Selangor Malaysia. (RB/dod)
Bagikan: