Skill Abad 21, GPAI Memanfaatkan Kesempatan, Kritis dan Punya Nilai Tambah

Skill Abad 21, GPAI Memanfaatkan Kesempatan, Kritis dan Punya Nilai Tambah

Bekasi (Pendis) - Direktur Pendidikan Agama Islam (PAI), Imam Safe`i dalam sambutannya kepada 35 peserta kegiatan Bimtek Penyusunan Kisi-Kisi USBN PAI Tingkat SMA/SMK di Bekasi, Rabu (03/10) mengingatkan bahwa Pendidikan Agama Islam (PAI) sesungguhnya aplikasi atau pengembangan dari nilai-nilai Al Quran. Melalui Surat Al Alaq (Iqra`) dari ayat pertama sampai dengan terakhir, Allah SWT sudah mengarahkan manusia agar melek saintifik atau memperhatikan pengetahuan. "Dari perintah membaca (Iqra`) diakhiri dengan perintah bersujud, semuanya mengandung makna saintifik sendiri," ujar Imam.

Lebih lanjut ia menyampaikan beberapa pengalaman di lapangan terkait guru yang sukses. Guru sekarang harus menformat dirinya memiliki skill abad 21. Ada 3 karakter menonjol yang ia cermati untuk menjadi Guru PAI (GPAI) abad 21. Pertama GPAI yang mampu memanfaatkan kesempatan belajar secara kreatif. Kedua GPAI yang kritis, dalam bahasa Al Quran disebut tabayyun. Bukan sekedar vokal atau kritis tapi selalu cek dan mericek informasi yang diterima, ketiga GPAI yang memiliki nilai tambah. Nilai tambah artinya membuat seorang GPAI berbeda dengan lainnya.

Narasumber dalam kegiatan Bimtek Penyusunan Kisi-kisi USBN untuk jenjang SMA/SMK ini adalah Mukhtar, guru SMAN 2 Bogor yang mengarahkan secara teknis penyusunan kisi-kisi soal. Fungsi dari kisi-kisi adalah pedoman dalam penulisan soal atau dalam melakukan perakitan tes. Ada 4 kriteria kompetensi kisi-kisi yang harus diperhatikan yakni urgen, kontinuitas, relevansi dan keterpakaian. Urgen artinya materi dikuasai siswa, kontinuitas berarti materi merupakan pendalaman materi sebelumnya, relevansi materi yang dimaksud diperlukan untuk mempelajari bidang studi lain dan keterpakaian artinya memiliki nilai terapan tinggi dalam kehidupan sehari-hari.

Narasumber lain, Amin Haedari Direktur Pasca Sarjana sebuah universitas swasta di Jawa Barat menyatakan bahwa USBN harus menjadi bahan perenungan bersama. "Apakah sebagai instrumen evaluasi atau sekedar kegiatan sekolah?," ujarnya. Amin mengungkapkan bahwa seharusnya USBN bisa menjadi upaya peningkatan mutu atau kualitas PAI bukan hanya mengukur kompetensi. Sudah sejauh mana PAI berjalan agar tampak perubahan-perubahan yang ada.

Dalam sambutannya, Kasubdit PAI SD/SDLB menyinggung bahwa USBN PAI untuk jenjang SMA/SMK lebih khas karena mulai banyak diperkenalkan soal-soal dengan jenis HOTS (Higher Order Thinking Skills), yang menuntut kemampuan analisis dari para peserta didik. HOTS harus dilatih dan banyak diperkenalkan oleh para GPAI, salah satunya dalam penyusunan kisi-kisi soal USBN. (wikan/did) (foto dokumentasi: Yoni Haris)


Tags: