Studi: Anak dari Keluarga Mampu Kurang Bergerak

Studi: Anak dari Keluarga Mampu Kurang Bergerak

Jakarta (Suara Pembaruan) – Dalam studi multisenter South East Asian Nutrition Survey (Seanuts) mengenai pola aktivitas anak Indonesia yang dilakukan oleh FrieslandCampina belum lama ini, terungkap fakta adanya kesenjangan gizi serta rendahnya tingkat keaktifan anak-anak Indonesia.

Sebanyak 55,2 persen anak ternyata lebih banyak menghabiskan waktunya menonton televisi, bermain komputer ataupun game lebih dari 2 jam setiap harinya. Studi ini dilakukan terhadap 2.558 anak berusia 6-12 tahun yang mencakup 25 provinsi di Indonesia.

"Penelitian mengenai pola aktivitas anak Indonesia juga memperlihatkan bahwa anak-anak yang dianggap kurang gerak (sedentary) lebih banyak berasal dari keluarga berpenghasilan lebih tinggi. Ini karena orang tua mereka memiliki kemampuan material yang cukup baik untuk menyediakan fasilitas TV, komputer maupun game di rumah,” ujar Heryudarini Harahap, peneliti ahli dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) di Jakarta, Kamis (23/4).

Semakin bagus sosial ekonomi orang tua, tenyata semakin besar persentase anak duduk di depan layar televisi, komputer atau bermain game. "Padahal lamanya anak terpapar perangkat elektronik itu seharusnya tidak lebih dari dua jam per harinya," katanya.

Kurangnya aktivitas fisik ini pada akhirnya menyebabkan anak berisiko mengalami masalah kesehatan di kemudian hari, seperti obesitas, diabetes melitus, hipertensi, hingga osteoporosis.

“Anak membutuhkan tulang yang kuat dalam beraktifitas, dan dalam hal ini, asupan kalsium dan vitamin D akan berperan sebagai zat penunjang kekuatan tulang, yang pertumbuhan optimalnya akan dicapai ketika anak bergerak aktif dan terpapar sinar matahari,” kata M.F. Conny Tanjung, ketua Unit Kerja Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) JAYA.

Herman/LIS


Tags: