Tajuk Rencana==>Cakrawala Baru SMK

Tajuk Rencana==>Cakrawala Baru SMK

SAMPAI pekan ini, masyarakat masih memperbincangkan ‘prestasi’ anak bangsa yakni mobil ‘Kiat Esemka’. Seperti bidang apapun lainnya, selalu saja menimbulkan pro-kontra atau plus-minus. Tudingan mobil sebagai kendaraan politik, misalnya, menjadi salah satu poin yang mengurangi nilai atas persembahan prestasi tersebut. Sejauh itu, peran Walikota Solo yang akrab disapa ‘Jokowi’ melambungkan brand Kiat Esemka, tak dapat dipungkiri. Jokowi adalah sosok yang tepat sasaran dan tepat waktu. Apresiasi terhadap Kiat Esemka yang datang dari para tokoh masyarakat (public figure) yang berminat membeli mobil, ternyata tidak menjadi model bagi masyarakat luas. Namun hal itu menyulut kebijakan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh menaikkan anggaran bagi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sungguh respons yang sangat cerdas dan strategis. Apalagi di jenjang sekolah menengah ini juga akan mendapatkan bantuan operasional sekolah (BOS). Kepedulian terhadap anggaran (budget) SMK menunjukkan keseriusan mengurus sekolah kejuruan yang dirancang mampu memberikan keahlian pada generasi muda. Dengan program ini, diharapkan generasi muda mampu lebih cepat bekerja. Seterusnya menjadikan hidup dan kehidupannya lebih sejahtera. Selama ini memang ada kesan SMK ‘subordinate’ dari sekolah menengah umum. Meski pemerintah cukup berusaha maksimal menaikkan citra SMK sebagai kawah candradimuka generasi muda yang ingin segera memiliki keterampilan. Akses SMK jika dikaji jujur, memang ‘jalan pintas’ yang strategis untuk mendapatkan link dengan dunia kerja. Mengingat usia pelajar SMK yang sangat muda, mereka menjadi tumpuan harapan bangsa Indonesia yang tengah terpuruk ini — untuk berperan sebagai motor penggerak kemajuan dan kesejahteraan. Lulusan SMK juga yang dapat diharapkan menyelematkan wajah bangsa di luar negeri seandainya menjadi tenaga kerja. Sebab selama ini Indonesia telanjur mendapat ‘cap’ sebagai pengirim tenaga kerja tanpa keterampilan ke luar negeri. Lahirnya mobil ‘Kiat Esemka’ yang diikuti karya hebat lainnya dari pelajar SMK, menjadi momentum luar biasa untuk menyadarkan masyarakat luas bahwa penyelenggaraan kependidikan di Indonesia sebenarnya sudah memiliki rancangan memberi wadah bagi kalangan yang ingin segera mendapatkan keterampilan untuk bekerja. Sehingga kelak tak ada lagi lulusan sekolah yang menganggur. Atau ‘komplain’ kepada dunia pendidikan yang seolah tidak menyiapkan lulusan masuk dunia kerja. Jika menengok ke negara di kawasan Asia lain, penyelenggaraan pendidikan sekolah kejuruan justru lebih banyak dari sekolah umum. Menurut Jurnal Pendidikan (2004) sekolah kejuruan di China mencapai 70 persen, Jepang (68 persen), Korea (62 persen), Taiwan (60 persen), Thailand (60 persen), Singapura (50 persen). Di negera-negara itu terbukti dominan tenaga ahli dan potensi industri unggul. Semua itu diikuti dengan tingkat kesejahteraan dan kualitas hidup lebih baik. Semoga ‘Kiat Esemka’ tidak sekadar legenda. Namun memberi cakrawala baru bagi masyarakat untuk tidak lagi memandang sebelah mata pada program SMK. Selebihnya, cakrawala baru bagi bangsa Indonesia untuk mencintai dan bangga menggunakan produk dalam negeri. Dalam hal ini, lihat dan contohlah Kuala Lumpur. Kota metropolitan itu dipenuhi mobil buatan Malaysia. Itu bukti warga negeri jiran itu mencintai produk anak bangsa. q - s


Tags: