Transformasi Nilai Kepemimpinan, Kemenag Ajak ASN Jadi Pelayan Bagi Masyarakat

Transformasi Nilai Kepemimpinan, Kemenag Ajak ASN Jadi Pelayan Bagi Masyarakat

Kendari (Pendis) --- Dirjen Pendidikan Islam Muhammad Ali Ramdhani menegaskan bahwa pemimpin ialah mereka yang siap sedia melayani umat. Nilai kepemimpinan tidak akan lahir tanpa hadirnya kemauan untuk memberikan pelayanan.

Pesan ini disampaikan Ali Ramdhani saat memberikan Pembinaan Sumber Daya Manusia bertajuk Mewujudkan ASN yang Profesional dan Berintegritas di IAIN Kendari, Jumat (22/01). Dalam kesempatan itu, Ali Ramdhani memberikan analogi kepemimpinan dari organ jantung.

“Pemimpin ibarat jantung yang berperan untuk mengalirkan darah ke seluruh bagian tubuh. Ujung jari kita dapat bergerak karena mendapat oksigen dan suplai makanan dari jantung. Ini menandakan bahwa jantung layaknya pemimpin yang harus melayani seluruh umat. Seorang pemimpin akan dihormati ketika mampu melayani sepenuh hati.” ucap Ali Ramdhani. 

Pada agenda tersebut, Dirjen Pendis juga mengingatkan tentang ciri akselerasi kepemimpinan sejati yang terangkum dalam akronim FAST (Fathanah, Amanah, Siddiq dan Tabligh) yang merupakan elaborasi dari sifat Rasulullah ketika memimpin.

“Ketika kita berbicara tentang kepribadian seorang pemimpin, pemimpin adalah mereka yang melakukan akselerasi di sebuah organisasi, mempercepat, FAST. Saya mengupas dengan FAST saja, bahwa pemimpin adalah orang yang cepat dalam mengubah sebuah organisasi melalui kepesatan, ketanggapan dan responsibilitas terhadap masalah,”  terang mantan Direktur Pascasarjana UIN Bandung ini. 

Pria yang akrab disapa Dhani ini melanjutkan, F yang pertama adalah Fathonah, ciri pemimpin menurut Rasul adalah fathanah yang bermakna cerdas. 

“Orang yang cerdas adalah orang yang menyelesaikan masalah dengan solusi solusi terbaik. Orang yang bijaksana adalah orang yang menghindari masalah sebelum masalah itu terjadi, sementara orang yang fathanah adalah orang yang piawai menyelesaikan masalah yang ada dan tidak menimbulkan akibat akibat tambahan, menyelesaikan masalah tanpa masalah. Dia tidak pernah merasa cerdas tapi cerdas merasa,” tambah Dhani.

Selanjutnya ialah Amanah, kata Dhani, dalam konteks dosen, amanah adalah orang yang menempatkan secara proporsional antara hak dan kewajiban. Dosen itu haknya memperoleh honor dan kewajibannya adalah  mengajar.

“Tolong diingat wahai dosen, kalau pada hak mu ada kewajiban orang lain, diantara kewajibanmu ada hak orang lain. Ketika engkau tidak melakukan kewajiban, maka hak orang lain tidak terpenuhi. Pemimpin yang adil adalah orang yang memproporsikan hak dan kewajiban sesuai tempatnya agar tidak berbuat zhalim pada orang lain,” pesan Dhani. 

Menurutnya, sifat Siddiq juga harus dimiliki pemimpin, yakni berani berkata jujur sesuai dengan fakta. Bicara sesuatu hal berdasarkan ukuran ukuran yang konkret dan terukur serta memiliki perspektif yang sama dengan orang lain.

“Siddiq pada dasarnya adalah memberikan takaran ukuran proporsionalitas berdasarkan fakta fakta,” tandasnya.

Dan Siddiq tidaklah lengkap tanpa hadirnya tabligh. Tabligh merupakan sikap hati hati dengan memilih diksi dan kata terbaik untuk menyampaikan gagasan.

“Pemimpin yang baik tidak akan pernah mengeluarkan kata kata kotor. Rasulullah adalah orang yang sangat memilih dan memilah kata, merajut kata menjadi sebuah frasa dan kalimat-kalimat yang indah. Dan itu tolong harus kita miliki dalam kehidupan sehari-hari,” harap Dhani. 

Di penghujung kegiatan, Dhani mengungkapkan bahwa IAIN Kendari mempunyai potensi yang kokoh untuk menjadi mercusuar yang mampu menjadi lampu terang bagi peradaban pendidikan Indonesia yang lebih baik dalam bingkai Islam Rahmatan lil ‘Alamiin. (WE)


Tags: