UIN Walisongo Diharapkan Jadi Pusat Kajian dan Pengembangan Islam

UIN Walisongo Diharapkan Jadi Pusat Kajian dan Pengembangan Islam

SEMARANG (Suara Merdeka) – Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang yang telah berganti menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo sejak Oktober 2014, diharapkan menjadi salah satu pusat kajian dan pengembangan Islam di Indonesia. Yakni, pusat kajian dengan ciri khas keislaman, keindonesiaan, dan kemodernan.

Hal itu dikatakan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam pidato peresmian UIN Walisongo di aula II Kampus III UIN Walisongo di Ngaliyan Semarang, Senin (6/4). Peresmian tersebut bertepatan dengan Dies Natalis Ke-45 UIN Walisongo.

"Pusat pengembangan dan kajian Islam harus memiliki identitas yang memuat nilai Islam universal. Islam harus bisa hidup di tengah keberagaman universal," kata Lukman Hakim. Indonesia memiliki perguruan tinggi agama Islam terbanyak di dunia. Jumlah perguruan tinggi agama Islam itu terdiri atas 55 perguruan tinggi agama Islam negeri dan 631 perguruan tinggi agama Islam swasta yang terdiri atas Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN), ditambah 11 UIN, dan 25 IAIN.

Perkembangan tersebut, kata Lukman Hakim, menjadi jembatan integritas pendidikan tinggi Islam dengan tujuan pendidikan dalam Sistem Pendidikan Nasional. "Indonesia, dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, dianggap paling moderat di dunia. Pusat-pusat kajian Islam modern menjadi perhatian dunia, termasuk proses haji Indonesia yang juga menjadi acuan," ungkapnya.

Integrasi Ilmu

Perubahan menjadi UIN akan menjadi integrasi ilmu umum dan ilmu agama. Dengan hal itu UIN diharapkan bisa mewujudkan Islam yang akomodatif, tanggap terhadap perubahan, dan adaptif.

"Kehadiran UIN merupakan tonggak sejarah peradaban baru Islam di Indonesia. Menangkal Islam fobia yang belakangan ini menjangkiti dunia. Menerangkan pada dunia bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam," tandas Lukman Hakim.

Rektor UIN Walisongo Prof Muhibbin Noor mengatakan, kampus yang dipimpinnya akan menajdi kampus peradapan dan kemanusiaan. Integrasi ilmu umum dan ilmu agama menjawab kritik dikotomi antarkeduanya.

"Segala pengetahuan itu berasal dari Tuhan. Semua ilmu harus bermuara kepada Tuhan. Ilmu pengetahuan dan teknologi harus bisa menciptakan kedamaian, bukan malah menjadi sumber konflik dan pertikaian. Islam itu damai dan toleran," katanya.

Dia mengemukakan, ilmu pengetahuan harus berbasis spiritual. Semua ilmu harus sesuai fitrah Tuhan yang berguna dan berhasil baik. Ilmu harus bermanfaat terhadap multikultur dan pluralisme.

Karena itu, lulusan UIN Walisongo diharapkan menjadi insan yang ramah terhadap keberbedaan.

Selain dihadiri Menteri Agama, peresmian itu juga dihadiri Gubernur Ganjar Pranowo, Ketua Umum PPP M Romahurmuziy, Kapolda Irjen Nur Ali, Pangdam IV/Diponegoro Mayjen Bayu Purwiyono, serta civitas academica UIN Walisongo Semarang. (H89-37)


Tags: