Ujian Online sebagai Solusi Jujur

Ujian Online sebagai Solusi Jujur

Wacana (Suara Merdeka) - "Dalam UN online masing-masing siswa harus fokus pada soal-soal yang ditampilkan di layar komputer"

Siswa SMA/SMK dan sekolah yang sederajat sebentar lagi akan menempuh ujian nasional (UN). Tahun ini ujian nasional dilakukan melalui dua cara, yakni ujian berbasis kertas (paper-based test) sebagaimana ujian sebelumnya dan ujian berbasis komputer (computer-based test) yang dikenal dengan sebutan online.

Ujian berbasis kertas dilaksanakan tanggal 13-15 April, sedangkan ujian online tanggal 13-21 April 2015. Dibanding ujian nasional tahun lalu, ada perbedaan mendasar dalam penentuan kelulusan. Hasil ujian tahun ini tidak digunakan untuk penentuan kelulusan mengingat nilai kelulusan diperoleh dari penggabungan nilai ujian S/M dengan nilai rata-rata rapor semester III, IV, dan V untuk SMA/MA/SMAK/SMTK, dan SMALB. Pembobotan 30% sampai 50% untuk nilai ujian S/M dan 50% sampai 70% untuk nilai rata-rata rapor. Selain itu, gabungan antara nilai ujian S/M dan nilai rata-rata rapor semester I, II, dan III untuk peserta yang menggunakan sistem kredit semester (SKS) serta bisa menyelesaikan program dala waktu kurang dari 3 tahun. Pengawasan tahun ini tidak seperti biasanya mengingat unsur perguruan tinggi tidak dilibatkan hingga pengawasan di sekolah.

Mereka hanya memantau sampai tempat penyimpanan soal terakhir di Dinas Pendidikan kota/kabupaten. (SM, 1/4/15). Dalam pelaksanaan ujian masih sering dijumpai kecurangan yang dilakukan siswa, guru, ataupun sekolah yang berusaha membantu siswa supaya bisa lulus 100 persen. Pelaksanaan ujian secara online dengan memakai komputer sebenarnya merupakan solusi pelaksanaan UN yang jujur sekaligus bermartabat.

Pasalnya tiap siswa dihadapkan pada soal-soal di komputernya dengan tipe yang variatif. Berbeda dari ujian "manual" atau berbasis kertas yang masih memungkinkan terjadi siswa mencontek pekerjaan teman. Dalam UN online siswa tidak mungkin bergantung pada teman di satu ruang itu karena masingmasing harus fokus pada soal di layar komputer. Dalam pelaksanaannya, ujian diawasi petugas yang disebut proctor, dibantu teknisi, biasanya petugas pengelola laboratorium komputer (pranata komputer) pada sekolah yang ditunjuk melaksanakan ujian online. Sekolah yang ditunjuk melaksanakannya harus memiliki komputer personal (PC) atau laptop sebagai client dengan rasio jumlah client dibanding jumlah peserta UN minimal 1 : 3, serta client cadangan minimal 10%. Selain itu server dilengkapi UPS, koneksi internet dengan kecepatan memadai, dan diutamakan memiliki genset.

Balitbang Kemdikbud memutuskan menunjuk 585 sekolah untuk menyelenggarakan ujian online dan di Jateng ada 95 sekolah terdiri atas 8 SMP, 11 SMA, dan 76 SMK. Dalam pelaksanaannya, sekolah yang melaksanakan ujian online lebih dulu akan menetapkan pembagian sesi untuk tiap peserta ujian beserta komputer client yang akan digunakan selama ujian. Umumkan Token Proctor atau pengawas mengunduh password untuk tiap peserta dari server pusat dan mengunduh token untuk satu sesi ujian. Selanjutnya, peserta memasuki ruang sesuai sesi, dan menempat kursi yang ditentukan.

Proctor memastikan peserta adalah mereka yang terdaftar dan menempati kursi masing-masing. Setelah proctor membagikan password, peserta ujian "masuk" (login) ke dalam sistem menggunakan username nomor peserta dan password yang telah dibagikan sebelumnya. Proctor mengumumkan token yang akan digunakan untuk sesi ujian setelah semua peserta berhasil login ke dalam sistem. Setelah waktu ujian berakhir, peserta meninggalkan ruangan bersama-sama. Proctor melaporkan/menyinkronkan hasil ujian ke server pusat, termasuk mencatat hal-hal yang tidak sesuai dengan standar prosedur dalam berita acara pelaksanaan, dan mengirimkannya ke pusat. Model ujian ini diharapkan bisa menciptakan UN yang jujur dan bermartabat. (10)

— Sadimin SPd SSos SIPem MEng, Kepala SMAN 2 Brebes, pelaksana UN computer-based test (CBT) 2015


Tags: