Jakarta (Pendis) - Ibadah puasa Ramadan merupakan instrumen untuk kontemplasi spiritual dan perbaikan kualitas diri bagi umat Islam. Karena dengan puasa maka fakultas-fakultas spiritual akan berfungsi dengan baik.
Hal itu disampaikan Kamaruddin Amin Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, saat memberikan Kultum Ba`da Sholat Dzuhur hari ke dua puasa Ramadan 1440 H di Mushola At-Tarbiyah lantai VIII, Selasa (07/05).
Mengutip Muhammad Jalaluddin Rumi, Kamaruddin mengatakan fakultas-fakultas spiritual hanya bisa berfungsi jika dilumpuhkan. Karenanya puasa dipandang sebagai instrumen spiritual break, istirahat sejenak bagi tubuh dan jiwa kita.
Disadari kata Guru Besar Ilmu Hadits ini, selama sebelas bulan kita full melaksanakan capaian-capaian duniawi untuk mencari berbagai properti hidup, jabatan, karir dan lain-lain. "Di bulan suci Ramadan saatnya kita memperbanyak tafakur, dzikir, membaca al-Qur`an, dan amaliyah-amaliyah yang dianjurkan lainnya," kata Kamar.
Ditegaskan oleh Guru Besar UIN Alauddin Makassar, puasa merupakan sarana efektif kontemplasi dan introspeksi tentang makna ketuhanan, manusia dan alam. Karena hakikat tujuan akhir puasa (ultimate goal) adalah agar kita mendekatkan diri dengan Tuhan "la`allakum tattaqun".
Di hadapan jama`ah yang sebagian besar merupakan para Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Ditjen Pendis, Kamaruddin berpesan agar ibadah kita termasuk puasa, mengantarkan pada perbaikan kualitas hidup ASN Ditjen Pendis. "Orang akan semakin arif, bijak, penyayang, itu karena sifat-sifat tuhan terrefleksi dalam dirinya sebagai indikator kualitas ketaqwaannya," katanya.
Dengan mengutip Rumi, Kamaruddin mengingatkan sejauh mana manusia tercemplung pada dunia yang melumpurinya nantinya akan kembali kepada Tuhannya. "Kita semua sebagai keluarga besar Kementerian Agama harus saling mengingatkan dan berusaha agar kita selalu ingat Tuhan dan menjalankan keutamaan-keutamaan Ramadan," paparnya.
Selain itu Kamaruddin juga menyinggung pentingnya fungsi puasa sebagai instrumen untuk menahan dan menjaga diri dari godaan-godaan hidup hedonis yang berlebihan, meraih kekuasaan dengan segala cara dan pragmatisme.
Di akhir ceramahnya, Kamaruddin berpesan kepada jama`ah Mushola At-Tarbiyah yang tidak hanya para ASN Ditjen Pendis untuk memanfaatkan kehidupan di Jakarta dengan kreativitas beribadah. Di sela-sela macet misalnya kita dapat memperbanyak membaca Al-Qur`an, dzikir dan membaca sholawat.
Kegiatan Syiar Ramadan Musholla At-Tarbiyah diawali dengan ceramah keagamaan oleh Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam, Imam Safe`i dan diisi dengan berbagai kegiatan seperti Kuliah Ba`da Dzuhuh, khatmil quran, peringatan nuzulul quran dan santunan sosial. (RB/dod)
Bagikan: