Jakarta (Pendis) - Dalam rangka Promoting Indonesian Islamic Higher Education In the EU: Indonesian Interfaith Scholarship 2015, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Kamaruddin Amin menerima delegasi Parlemen Eropa di ruang kerja beliau, Senin 2 November 2015.
Kamaruddin memulai pertemuan dengan memperkenalkan tugas Direktorat Jenderal Pendidikan Islam diantaranya menyelenggarakan Pendidikan Islam di masyarakat Indonesia. Sebagai negara dengan populasi Islam terbesar, penting bagi Indonesia untuk memastikan masyarakatnya mendapatkan pendidikan keagamaan yang komprehensif demi tercapainya kohesi sosial.
Dalam pertemuan tersebut, diskusi hangat dan menarik turut berkembang di antara peserta dengan pihak Kementerian Agama. Menurut Kamaruddin, Pendidikan Islam merupakan suatu cara yang sangat efektif untuk mempromosikan moderasi Islam. Hal ini ditanggapi dengan pernyataan senada yang dilontarkan oleh salah satu peserta delegasi Joanna Jarecka Gomez, Sekretaris Jenderal partai koalisi terbesar di Parlemen Eropa (European People`s Party). Menurut Joanna, Eropa juga memiliki keinginan besar untuk mempromosikan toleransi di antara pemeluk kepercayaan yang beragam.
Selain Joanna, terdapat empat peserta delegasi lainnya yang ikut dalam diskusi dengan Direktur Jenderal Pendidikan Islam, yaitu Ana Maria Pissara Ribeiro Nogueira (anggota komisi Pendidikan dan Kebudayaan, Parlemen Eropa), Laurence Vandewalle (anggota komisi Kebijakan, Parlemen Eropa), Radoslaw Fiedler Arkady (Profesor bidang Ilmu Politik dari Universitas di Polandia), dan Maniyem (aktivis European Network Against Racism).
Dalam diskusi tersebut berkembang juga isu mengenai pengajaran pendidikan Islam di sekolah-sekolah untuk setiap jenjang pendidikan.Kamaruddin menginformasikan bahwa pendidikan Islam tidak hanya diberikan di sekolah khusus, seperti pesantren dan madrasah, tetapi juga pada sekolah negeri. Hanya saja, kalau di sekolah khusus tersebut pendidikan agama diberikan sangat sering, sedangkan di sekolah negeri pendidikan agama diberikan hanya 3 jam per minggu.
Isu lainnya yang turut berkembang dalam diskusi adalah adanya perbandingan mengenai Indonesia dengan negara di Eropa, terutama terkait bidang pendidikan agama. Menurut Kamaruddin, di negara-negara di Eropa misalnya, pendidikan agama diberikan dengan tujuan hanya untuk kohesi sosial, sementara di Indonesia, pendidikan agama diberikan tidak hanya untuk menjaga kohesi sosial, tetapi juga mencerminkan akhlak sebagai muslim yang baik. Hal ini terutama karena dalam Islam, sebagai muslim yang baik seorang muslim harus menjaga hubungan dengan pemeluk agama lain, sehingga kohesi sosial tetap terjaga.
Pada akhirnya, pertemuan antara Kamaruddin Amin selaku Direktur Jenderal Pendidikan Islam dengan para delegasi Promoting Indonesian Islamic Higher Education asal Eropa menjadi salah satu jembatan yang baik antara Eropa-Indonesia. Ke depannya, diproyeksikan akan terdapat kerjasama yang baik di antara kedua entitas, negara dan institusi supranasional ini.
(ich/pye/dod)
Bagikan: