Foto bersama Direktur PD Pontren, Waryono bersama peserta Workshop Peningkatan Kompetensi Keilmuan Al-Qur'an di Hotel Royal Kuningan, Rabu (7/9/2

Foto bersama Direktur PD Pontren, Waryono bersama peserta Workshop Peningkatan Kompetensi Keilmuan Al-Qur'an di Hotel Royal Kuningan, Rabu (7/9/2

Jakarata (Pendis) - Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD-Pontren) Ditjen Pendidikan Islam terus berupaya meningkatkan mutu pendidikan Al-Qur’an, salah satunya melalui Workshop Peningkatan Kompetensi Keilmuan Pendidikan Al-Qur'an yang diselenggarakan mulai 7-9 September di Hotel Royal Kuningan, Jakarta.

Workshop ini diikuti oleh para pakar, praktisi pendidikan Al-Qur'an, akademisi serta dari beberapa perwakilan Kantor Wilayah Kementerian Agama seperti Jawa Tengah, DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat.

Direktur PD Pontren, Waryono, mengatakan bahwa perlu adanya program yang terstruktur dalam penguatan kompetensi pendidik serta pengelola lembaga pendidikan Al-Qur'an.

"Pertama terkait wawasan keagamaan secara umum yang standar karena kondisi masyarakat kita yang plural maka perlu disampaikan wawasan keagamaan yang pluralistik," jelasnya saat membuka workshop tersebut, Rabu (7/9/2022).

Disamping itu, mantan Wakil Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta meminta agar adab dan etika perlu diperhatikan dalam pendidikan Al-Qur'an, apalagi lanjut Waryono, akhlakul karimah terus merosot seiring berkembangnya zaman.

Ia meminta kepada Subdit Pendidikan Al-Qur'an pada saat merumuskan regulasi penjenjangan pendidikan Al-Qur'an, mulai dari ula, wustha, ulya hingga perguruan tinggi perlu ada ukuran-ukuran yang jelas.

"Ketika nanti dirumuskan penjenjangan maka harus diukur betul, misalnya untuk ula (tingkat pertama) itu kira-kira seperti apa bobotnya, level wustha hingga level ulya sampai nanti ke perguruan tinggi seperti apa, ini yang menurut saya perlu dipikirkan demi menghindari overlapping, jangan sampai jenjangnya tinggi tapi yang dipelajari itu-itu saja," tandas Guru Besar UIN Sunan Kalijaga ini.

Waryono berharap Pendidikan Al-Qur'an yang nonformal ini tetap menjadi program strategis dalam menurunkan jumlah buta aksara terhadap Al-Qur'an di masyarakat.

Sementara itu, Kepala Subdit Pendidikan Al-Qur'an, Mahrus, mengaku saat ini masih perlu dukungan dari banyak pihak khususnya untuk penguatan kelembagaan, baik secara akademik maupun teknis di lapangan, karenanya workshop ini melibatkan para pakar dan praktisi di bidang pendidikan Al-Qur'an.

"Untuk tahun ini ada dua hal perkuat kompetensinya yaitu tentang adab/etika dalam pembelajaran Al-Qur'an dan Ilmu Tajwid. Harapannya pasca kegiatan ini ada dokumen, apakah bentuknya buku daras ataupun regulasi. Pertama terkait dengan etika/adab terhadap pendidikan Al-Qur'an. Kedua tentang ilmu tajwid untuk para pendidik Al-Qur'an," jelasnya.

Lebih lanjut kata Mahrus, saat ini Subdit Pendidikan Al-Qur'an juga sedang merancang regulasi terkait jenjang pendidikan Al-Qur'an dari pra dasar hingga perguruan tinggi.

Adapun beberapa narasumber yang diundang pada acara ini diantaranya, Direktur PD Pontren Prof. Waryono, Kasubdit Pendidikan Al-Qur'an Dr. Mahrus, Pengasuh Pondok Pesantren Yanbu'ul Qur'an Kudus Dr. KH. Ahmad Faiz, Pengasuh Asrama Hidayatul Qur'an Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Dr. KH. M Afifuddin Dimyathi, serta Pegawai dari Subdit Pendidikan Al-Qur'an.