Pelatihan bahasa isyarat UIN STS Jambi

Pelatihan bahasa isyarat UIN STS Jambi

Jambi (Pendis) – Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN) Sulthan Thaha Saifuddin (STS) Jambi mengadakan pertemuan tatap muka perdana Pelatihan Bahasa Isyarat bagi dosen, tenaga kependidikan dan mahasiswa, Selasa (30/04/2024). 

Pelatihan ini diinisiasi dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan yang ramah bagi penyandang disabilitas.  Materi pelatihan disampaikan oleh Fara selaku tutor dari Pusat Bahasa Isyarat Indonesia (Pusbisindo) yang telah memiliki pengalaman dalam pengajaran Bahasa Isyarat. 

Pelatihan ini diikuti oleh 15 peserta yang dipilih atas rekomendasi dekan sebagai perwakilan dari tujuh fakultas yang tersebar di lingkungan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Nantinya, pelatihan dilaksanakan 2 kali setiap minggunya selama 10 kali tatap muka dengan durasi 2 jam per tatap muka.

Pelatihan Bahasa Isyarat merupakan salah satu bentuk upaya UIN Sulthan Thaha Saifuddin untuk memberikan hak bagi para penyandang disabilitas terutama kelompok Tuli untuk menerima layanan pendidikan, perlindungan serta penerimaan informasi.  

Ketua LPPM UIN Jambi, Fridiyanto menegaskan bahwa kegiatan tersebut adalah  ikhtiar bentuk equality dalam layanan pendidikan, termasuk kepada mahasiswa difabel, terutama penyandang Tuli.

Koordinator Gender, Anak, dan Disabilitas, Nisaul Fadillah, menyatakan  Pelatihan Bahasa Isyarat adalah wujud keseriusan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi dalam menyelenggarakan layanan pendidikan pada kelompok difabel, terutama kelompok Tuli. 

Beliau menyatakan bahwa kegiatan tersebut dilaksanakan untuk memberikan pelayanan prima serta pengembangan pendidikan berbasis inklusi di UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. 

Selama sesi pelatihan yang bertempat di Kampus UIN Mendalo tersebut, peserta diberikan materi tentang berbagai aspek Bahasa Isyarat, termasuk Bisindo (Bahasa Isyarat Indonesia) serta teknik-teknik lainnya yang relevan. Peserta juga diberikan kesempatan untuk berlatih langsung dalam menggunakan Bahasa Isyarat. Hal yang unik yang dirasakan oleh kebanyakan peserta adalah ternyata tidak mudah melakukan gerakan tangan simbolik dalam Bahasa Isyarat. 

Peserta  yang mewakili dosen, Tati Wulandari, menyatakan sangat antusias mengikuti Pelatihan Bahasa Isyarat tersebut. “Sebagai civitas akademika, kita harus ikut serta meningkatkan kemampuan Bahasa Isyarat sebagai sarana komunikasi dengan mahasiswa Tuli,” ujarnya.