Dari kiri Dr. H Ahmad Zuhri (Kakenmenag Kediri), Dr. H. Husnul Maram, MHI (Kakanwil Kemenag Jatim) M. Dhiya’ Ulhaq dan Drs. Nursalim, M.Pd.I (Ke

Dari kiri Dr. H Ahmad Zuhri (Kakenmenag Kediri), Dr. H. Husnul Maram, MHI (Kakanwil Kemenag Jatim) M. Dhiya’ Ulhaq dan Drs. Nursalim, M.Pd.I (Ke

Kediri (Pendis) - Muhamad Dhiya' Ulhaq, siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kediri berhasil meraih medali emas pada ajang limpiade Sains Nasional (OSN) yang digelar Kemdikbud Ristek Dikti. Satu lagi di ajang Kompetisi Sains Madrasah (KSM) yang diselenggarakan Kemenag RI. Berawal dari kecintaannya pada Biologi, matapelajaran kesukaannya ini berhasil mengantarkannya meraih prestasi membanggakan di ajang bergengsi.

Dhiya’ mengaku sangat bahagia mendapat prestasi dan tak bisa menutupi keceriaannya saat itu. Ia bercerita tentang kesusksesan besar yang diraihnya dalam ajang OSN maupun KSM-Integrasi bidang Bilogi.

Menurutnya, ia sering mengikuti olimpiade biologi. Puluhan lomba diikuti baik tingkat daerah atau nasional. Beruntung atau tidak baginya urusan belakang. Terpenting baginya adalah terus mencoba segala peluang.

Di ajang KSM Dhiya’ merasa perjuangannya berat. Tak lain karena pesaingnya adalah siswa terbaik daerah yang sebagian dia juga kenal. Bahkan Dhiya mengaku sulit mengalahkan mereka. 

“Saya kenal dan terus memantau. Mereka berpengalaman baik kompetisi di kampus-kampus ataupun lomba tahunan. Mereka konsisten sedangkan saya naik turun,” ungkap Dhiya' di Kediri pada Selasa (25/10/2022)

Menjelang babak final KSM yang digelar di Asrama Haji Jakarta Timur 14 Oktober lalu dia terserang flu. Flu semakin parah ketika memasuki uji tes praktikum. Ia mendapat tugas merangkai potongan dua jenis tulang belulang dari unggas. Merangkai potongan tulang sayap dan kaki yang telah disterilkan. 

“Jujur sempat pesimis, saya kerjakan sebisanya. Waktunya tiga jam. Tapi saya selesai dua jam sisanya saya ngedrop dan memutuskan istirahat di kamar,” tuturnya.

Namun, di luar dugaan, Dhiya’ ternyata berhasil menjadi yang terbaik dan mendapat medali emas. Dhiya’ berharap ke depan bisa melangkah ke ajang International Biology Olympiad (IBO). 
“Minta doanya semoga saya lolos tahun depan,” harap Dhiya'.

Pada ajang OSN, Dhiya’ juga sukses mendapatkan emas. Ini sekaligus memperbaiki capaiannya tahun lalu yang meraih perunggu. Karena itu, Dhiya berkesempatan mendapat pembinaan olimpiade khusus dari panitia. Pembinaan dilatih oleh pelatih berpengalaman di bidang biologi. 

OSN tahun ini digelar online. Pemberkasan diikuti ratusan ribu peserta dan Dhiya’ berhasil mewakili provinsi setelah mengalahkan peserta lainnya. Final digelar tanggal 4-5 Oktober kemarin. Di babak final tugasnya mengisi 400 pertanyaan. Serta sesi praktikum yang meliputi pembahasan empat objek yaitu hewan, tumbuhan, mikrobiologi dan biokimia. 

“Saya disuruh menjelaskan metode paktikum, analisis data, hingga klasifikasi objek,” jelasnya.

Konsisten belajar adalah kunci penting yang membawanya menjadi double winner di tahun ini. Mengerjakan soal-soal, membaca buku pelajaran dan jurnal penelitian rutin dia lakukan siswa kelas XII MIPA 3 itu usai pulang sekolah. Selain doa dari orang tua, Dhiya’ mengaku sukses yang diraih tak lepas dari dukungan dari guru-gurunya, utamanya Endah, guru pembimbingnya.

Kepala MAN 2 Kota Kediri Nursalim mengaku turut mendampingi siswa-siswanya bertanding dalam ajang bergengsi ini, termasuk pada KSM Nasional di Jakarta lalu. Ia mengaku rela berangkat dari Batu usai pelatihan menuju Jakarta demi mendampinginya tampil di final. 

“Rasanya capek Batu-Jakarta tidak terasa ketika siswa kami bisa juara,” kata Nursalim. 

Setiap siswa mendapat peluang dan layanan yang sama dari madrasah, mulai pembinaan, pendampingan, dan pembekalan serta pembiayaan saat mengikuti lomba. Nursalim berharap Dhiya’ bisa menjadi teladan bagi siswa lain agar selalu berusaha meraih prestasi. 

“Terus semangat Dhiya’ kami bangga atas prestasi yang diraih,” pungkas Nursalim.
 


Tags: # madrasah