Pemotongan pita oleh Dirjen Pendis sebagai simbolis peresmian PTSP UIN Saizu Purwokerto

Pemotongan pita oleh Dirjen Pendis sebagai simbolis peresmian PTSP UIN Saizu Purwokerto

Purwokerto (Pendis) - Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Muhammad Ali Ramdhani telah meresmikan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Universitas Islam Negeri (UIN) Saifudin Zuhri (SAIZU) Purwokerto. Peresmian PTSP UIN SAIZU ini dilakukan secara simbolis dengan menggunting pita hijau pada Selasa (20/06/2023).

Ramdhani, dalam sambutannya menyatakan kehadiran PTSP akan memperkuat eksistensi sebuah perguruan tinggi dan merupakan upaya untuk memanusiakan manusia. Menurutnya, dalam PTSP terdapat kulkas yang berisi ikan sepat, ikan lele, dan ikan gabus. Hal ini merupakan simbol bahwa PTSP harus berprinsip kerja cepat, efisien, dengan hasil yang baik dan tetap berkualitas.

"Dalam PTSP ini, kita bisa menjadi percontohan bagi perguruan tinggi lainnya, karena sepengetahuan saya, ini adalah yang pertama di perguruan tinggi agama di Indonesia," ujar Ramdhani.

Dalam upaya memberikan layanan yang terbaik, Ramdhani berharap agar pengelola PTSP dapat menerapkan prinsip TERRA, yaitu Tangible (Bukti Fisik), Empathy (Perhatian), Reliability (Kehandalan), Responsiveness (Daya Tanggap), dan Assurance (Jaminan). "Prinsip ini harus diterapkan dalam semua layanan publik yang disediakan," tegas Dhani.

Dirjend turut mencoba layanan yang tersedia di Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) UIN SAIZU Purwokerto. Dengan antusias, kang Dhani mengunjungi beberapa loket yang disediakan di PTSP untuk merasakan langsung pengalaman menggunakan layanan tersebut dan menanyakan prosedur serta layanan yang dapat diberikan kepada masyarakat.

Dalam kesempatan tersebut, pria yang akrab disapa kang Dhani ini juga menjadi salah satu narasumber dalam Seminar Revitalisasi Kearifan Lokal dalam Pengembangan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam. Dhani berharap PTKI dapat mengintegrasikan dan memperkuat kearifan lokal dalam kurikulum dan kegiatan akademik. Ia juga menekankan akan pentingnya memanfaatkan kearifan lokal sebagai bagian integral dari pendidikan agama Islam.

UIN SAIZU Purwokerto, kata Dhani, harapannya dapat menjadi titik awal untuk menggali potensi kearifan lokal di sekitar kampus. Dengan memanfaatkan kearifan lokal, menurutnya, PTKI dapat lebih relevan dengan masyarakat serta menghasilkan lulusan yang memiliki pemahaman yang mendalam tentang agama dan budaya setempat.

"Saya harap PTSP UIN SAIZU Purwokerto akan memberikan pelayanan yang berkualitas dan efisien kepada masyarakat. Dan semoga perguruan tinggi keagamaan Islam lainnya bisa mengikuti jejak UIN SAIZU Purwokerto dalam membangun PTSP," harap Dhani.

Dengan peresmian PTSP dan seminar revitalisasi kearifan lokal ini, UIN SAIZU Purwokerto semakin menjaga eksistensinya sebagai lembaga pendidikan tinggi yang inovatif dan responsif terhadap tuntutan zaman. Harapannya, langkah-langkah ini akan memberikan dampak positif bagi pendidikan Islam dan memperkuat hubungan antara perguruan tinggi, masyarakat, dan kearifan lokal.

Rektor UIN SAIZU Purwokerto, Moh. Roqib menjelaskan pembentukan PTSP ini bertujuan untuk memberikan pelayanan yang cepat dan memuaskan kepada masyarakat. Ia menuturkan PTSP dikembangkan oleh Biro AUPK dengan memanfaatkan ruang yang ada di rektorat sebagai pusat layanan terpadu. 

Roqib juga menyampaikan, PTSP ini dibentuk sesuai dengan amanah UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dan mengikuti panduan penyelenggaraan pelayanan terpadu yang diatur dalam Keputusan Menteri Agama Nomor 90 Tahun 2018.

"Kami memiliki moto untuk PTSP ini, yakni "Keterpaduan, Ekonomis, Koordinasi, Akuntabilitas, dan Aksesibilitas," kata Roqib.

Seminar yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian dan Pengembangan Budaya Penginyongan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat merupakan wadah untuk mendiskusikan pentingnya memperkuat kearifan lokal dalam konteks pendidikan Islam di perguruan tinggi.

Seminar tersebut dihadiri oleh dosen, mahasiswa, dan tokoh masyarakat yang tertarik dengan revitalisasi kearifan lokal. Mereka berkesempatan untuk bertukar pikiran dan berdiskusi mengenai strategi dan implementasi kearifan lokal dalam pengembangan pendidikan Islam.