Direktur Pendidikan Agama Islam, Amrullah

Direktur Pendidikan Agama Islam, Amrullah

Jakarta (Pendis) -- Direktorat Pendidikan Agama Islam Ditjen Pendidikan Islam dijadualkan akan menyelenggarakan Survei Impelementasi Moderasi Beragama pada Pembelajaran PAI di Sekolah tahun 2023. Diselenggarakan secara nasional dan melibatkan Guru Pendidikan Agama Islam pada seluruh jenjang, survei ini menjadi agenda penting Kementerian Agama karena menjadi bagian dari evaluasi program dan kebijakan terkait sosialisasi dan diseminasi moderasi beragama di sekolah.

Selain merupakan program prioritas Kementerian Agama dalam beberapa tahun terakhir, moderasi beragama mendapatkan porsi perhatian tersediri di sekolah karena realitas keberagaman yang menjadi keniscayaan di sekolah itu sendiri. Bentuk perhatian yang terlihat secara nyata adalah berbagai kebijakan dan program yang dijalankan Direktorat Pendidikan Agama Islam mengenai moderasi beragama pada semua jenjang pendidikan dan berbagai pihak terkait.

Dengan posisi strategis selaku program prioritas Kementerian Agama dan masifnya sosialiasai dan diseminasi yang dijalankan, program moderasi beragama perlu mendapatkan masukan dan umpan tarik (feedback) dari lapangan untuk upaya pengembangan ke depannya. Rencana pelaksanaan Survei Implementasi Moderasi Beragama pada Pembelajaran PAI di Sekolah tentu diharapkan mampau menjadi bagian dari langkah reflektif atas berbagai langkah terkait yang telah dilaksanakan.

Terkait agenda ini, Direktur Pendidikan Agama Islam, Amrullah, berkesempatan untuk menyampaikan pandangannya mengenai Survei Implementasi Moderasi Beragama pada Pembelajaran PAI di Sekolah. Wawancara dipandu dan ditulis oleh Saiful Maarif (SM, Asesor SDM Aparatur Ditjen Pendidikan Islam, Kasubtim Akademik pada Subdit PTU) dan dilaksanakan di ruang kerja Direktur Pendidikan Agama Islam pada 20 Oktober 2023.              

SM: Terkait program  Survei Implementasi Moderasi Beragama pada Pembelajaran PAI di Sekolah, apa yang bisa dijelaskan secara umum terkait latar belakangnya?

Direktur PAI: Pertama sekali, saya menyambut baik rencana Survei Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah ini. Bagi saya, ini adalah agenda yang sangat penting dan memerlukan perhatian bersama. Selama ini memang kita masih mengalami kesulitan untuk menggambarkan sejauh mana implementasi Moderasi Beragama di Sekolah. Itu agak sulit karena mungkin ada beberapa hal yang perlu kita persiapkan secara matang dan masif.

Kita ingin melihat dan mendapatkan data yang tepat agar moderasi beragama dapat dilaksanakan dengan lebih baik. Idealnya, moderasi beragama sudah bisa dilakukan dengan terstruktur, dalam pengertian sudah jelas perencanaan dan pelaksanaannya. Dalam kaitan ini, penting juga diperhatian tentang pilar pengorganisasian pelaksanaan moderasi beragama dan evaluasi pelaksanaan kegiatannya.

Harus kita sadari, sampai sejauh ini kita masih sedikit dalam upaya mengevaluasi implementasi Moderasi Beragama ini. Oleh karenanya, survei ini dengan sendirinya menjadi penting. Survei ini merupakan langkah awal untuk bisa menggambarkan bagaimana dan sejauh mana Moderasi Beragama sudah diimplementasikan di sekolah. Dari survei ini, kita juga berharap bisa melakukan mitigasi ketika, misalnya, ada konsep atau pemahaman yang belum dipahami oleh guru kita, bahkan oleh siswa dan seluruh komponen pendidikan.

SM: Tadi disampaikan bahwa survei ini merupakan langkah awal. Kalau langkah awal, tentu saja diharapkan ada langkah lebih lanjut. Nah, kalau ini merupakan langkah awal, kira-kira langkah selanjutnya yang dalam proyeksi Direktorat PAI itu seperti apa?

Direktur PAI :Betul, misalnya begini, langkah awal itu kita menemukan, misalnya, di suatu satuan pendidikan, misalnya, belum ada tim khusus. Dengan afirmasi hail survei ini, bisa jadi kita melihat dan menimbang secara khusus pentingnya tim khusus yang menangani penguatan Moderasi Beragama di sekolah. Saya belum mendengar adanya tim khusus di sekolah sekolah tentang moderasi. Yang ada itu mungkin kolaborasi dengan kelompok guru atau MGMP Pai, KKG, FKG, misalnya. Saya pikir, tim khusus itu diperlukan untuk melakukan penguatan moderasi beragama lebih jauh lagi.

SM: Kalau soal penguatan, sejauh ini apa sih yang sudah dijalankan oleh Direktorat PAI agar bagaimana insersi dan implementasi MB ini bisa sampai dan berjalan sedemikian rupa di tingkat siswa, guru, dan kemudian tenaga pendidik di sekolah?

Direktur PAI: Sebetulnya sudah banyak yang kita lakukan, (informasi ini) mungkin dapat dimulai dengan penyediaan kita bahan-bahan ajar. Kita sudah membuat buku empat modul dalam bentuk buku. Modul pertama untuk umum, babon istilahnya. Modul kedua untuk fasilitator, modul ketiga khusus untuk guru-guru, dan modul keempat untuk siswa.

Di samping itu kita juga melakukan berbagai pelatihan bagi guru-guru terkait Moderasi Beragama. Hanya saja hal ini mungkin belum terimplementasikan secara menyeluruh karena memang keterbatasan SDM. Kalau kita ingin lebih jauh lagi untuk melakukan penguatan, kiranya hal demikian perlu diimbangi dengan adanya tim khusus di tiap sekolah atau, misalnya, ada apa bahan-bahan ajar yang lebih menarik lagi. Misalnya, bahan ajar berupa permainan, berupa game. Hal ini akan menjadi langkah positif untuk menambah upaya dan variasi pola implementasi Moderasi Beragama.

SM: Dalam pandangan Bapak, adakah semacam penekanan bahwa insersi Moderasi Beragama itu ada dan hanya ada pada jenjang tertentu, misalnya, hanya di tingkat dasar dan menengah, atau sebenarnya sudah dilakukan bahkan dari tingkat dini?

Direktur PAI: Sesungguhnya Moderasi Beragama itu kan sudah merupakan program prioritas Kementerian Agama. Moderasi Beragama sudah ada dalam RPJMN melalui Perpres Nomor 18 Tahun 2022. Jadi, memang MB ini harus secara keseluruhan dari mulai apa jenjang PAUD/TK sampai perguruan tinggi umum.

SM: Karena disesuaikan dengan fase perkembangan masing-masing, bisa disampaikan ke kami, bagaimana pendekatan Direktorat PAI untuk insersi MB ini dari level PAUD hingga perguruan tinggi itu seperti apa?

Direktur PAI: Yang pertama, untuk PAUD itu kita sekarang ingin memperbanyak media pembelajaran. Kemarin itu kita ada dari guru-guru itu untuk membuat ular tangga. Ular tangga, tapi konten kontennya tentang sembilan nilai Moderasi Beragama. Atau misalnya kita membuat inobel dengan konten Moderasi Beragama, kemudian tentang lagu-lagu Moderasi Beragama, dan yang terakhir memang insersi buku ajar. Kita akan coba ini sekarang dengan mempersiapkan buku ajar yang sudah diinsersi dengan Moderasi Beragama, mulai dari jenjang SD, bahkan PAUD sampai perguruan tinggi.

SM: Dalam beberapa kesempatan, Pak Direktur menyampaikan tagline tentang moderat sejak usia dini, kemudian di juga terdengar program tentang GNBBN dan sebagainya. Sebenarnya apa pesan pesan dibalik tagline seperti itu?

Direktur PAI: Dengan berbagai  tagline itu, sesungguhnya kita ingin mendekatkan Moderasi Beragama itu dengan beberapa pola tertentu supaya supaya kita semua lebih memahami makna Moderasi Beragama dan memahaminya bukan sebagai sesuatu yang sulit itu. Kita ingin memperluas cakrawala dan pendekatan, bahkan saya ke depan ini ingin juga membuat tagline “Moderat dan Selamat”.

Artinya kalau semua orang, semua komponen, sudah moderat, insy Allah mungkin seluruh sekolah itu selamat. Tidak ada pem-bully-an, tidak ada pemaksaan pemahaman keagamaan, sikap-sikap intoleran, dan radikal. Inilah sesungguhnya arti penting Moderasi Beragama.

SM: Kembali ke agenda survei ini. Kira-kira sebenarnya target apa saja yang dicanangkan oleh Direktorat PAI terkait survei yang akan dilaksanakan ini?

Direktur PAI: Jadi, survei ini kan sesungguhnya kan sederhana saja konsepnya. Kita ingin mendapatkan gambaran tentang pemahaman Moderasi Beragama dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah.

Jadi, kalau misalnya, ternyata di dalam survei itu ditemukan data masih banyak guru PAI yang tidak memahami tentang Moderasi Beragama atau tidak bisa menginsersi nilai-nilai Moderasi Beragama dalam pembelajaran PAI, maka kita akan lakukan langkah mitigasi atau kita lakukan, misalnya, diklat atau training.

SM: Apa itu artinya survei ini bisa menjadi semacam diagnosa awal terhadap kualitas pelaksanaa moderasi beragama?

Direktur PAI: Bisa jadi. Itu diagnosa awal kalau kita mendiagnosa, bisa mengetahui kira-kira apa penyakitnya. Ibaratnya, setalah itu kita berikan obatnya seperti apa.

SM: Apakah bisa diasumsikan bahwa hasil survei ini akan semacam data awal, menjadi basis awal bentuk kebijakan terkait?

Direktur PAI: Betul, karena kita juga dibayangi kekahwatiran. Menurut kita, implementasi moderasi beragama itu sudah tersampaikan dengan baik di lapangan, tapi realitas di lapangan ternyata sebaliknya. Dalam kaitan ini, survei ini sangat penting dan bagus untuk dilaksanakan.

SM: Karena survei ini sifatnya bersifat nasional, tentu saja ini tidak mudah untuk dilaksanakan. Apakah survei ini murni dilaksanakan oleh Direktorat PAI atau dikerjasamakan dengan pihak-pihak tertentu?

Direktur PAI: SDM kita terbatas di Direktorat PAI. Alhamdulillah kita dapat menggandeng dan bekerja sama dengan (Tim) Inovasi. Selain itu, kita juga bekerja sama dengan salah satu perguruan tinggi terkemuka, yakni UGM melalui Unit PSKK.

SM: Bagaimana pembagian peran para yag terlibat dalam survei ini?

Direktur PAI: tentang pembagian perannya itu memang kita yang menyiapkan konten-kontennya. Kemudian, juga tata persuratan dan informasi Pemberitahuan kepada guru-guru melalui Kanwil dan Kabupaten/ Kota. Selain itu, juga apa bahan-bahan atau pertanyaan itu kita diskusikan dengan dengan (Tim) Inovasi. PSKK UGM ini mempunyai aplikasi-aplikasi yang nanti dan anntinya akan membuat semacam laporan hasilnya melalui koridor ini. Data processingnya akan masuk melalui Google form yang akan masuk ke Inovasi, seterusnya diolah PSKK UGM.

SM: Bagaimana Direktorat PAI melihat pentingnya pelibatan pihak-pihak strategis dalam konteks mendorong kualitas implementasi pemahaman Moderasi Beragama di sekolah?

Direktur PAI: Saya kira penting untuk output kerjasama. Penting, artinya untuk bentuk kerja sama dengan pihak lain maka kita sudah mitra kita di dalam penguatan Moderasi Beragama dan kebetulan memang PSKK UGM ini  dia juga mempunyai respons positif, merespon sangat baik, untuk bisa mengolah data itu.

Dalam kaitan ini, kita sudah lakukan uji coba ke sepuluh lokasi berbeda, kalau tidak salah. Jadi, instrumen survei itu sudah kita uji coba. Dari uji coba ini diharakan hadir  semacam perbaikan-perbaikan, penambahan, atau pengurangan di dalam konten-konten yang akan kita sebarkan kembali melalui online.

SM: Secara timeline dan target pelaksanaan, pelaksanaan kegiatan survey ini itu seperti apa?

Direktur PAI: Pertama itu memang kita terkait waktu pelaksanaan. Memang ada kemungkinan tidak seluruh guru seratus persen bisa mengikuti survei ini. Menurut saya ha demikian tidak apa-apa. Jadi, misalnya, kita dalam petunjuknya itu, misalnya, kita pastikan saja, dari tanggal sekian hingga ya tanggal sekian, misalnya, tiga hari. Kemudian sampai tiga hari itu, misalnya, hanya tujuh puluh persen. Ya, tidak mengapa, kita hitung dulu, kita analisa. Kalau misalnya masih memungkinkan kita tambah waktu, kita lakukan itu. Misalnya, tiga hari berikutnya. Tentu, tidak selama yang pertama, hanya dua hari saja contohnya. Dalam kaitan hal ini, kita juga pernah melakukan survey PK online juga. Saat PK online itu terdapat sekitar dua ratus ribu peserta. Tingkat kepesertaan pada pelaksanaan awal PK Online berada di bawah delapan puluh persen karena  banyak  yang belum tahu agenda survey PK Online itu. Survei impelementasi moderasi beragama Ini kan mencakup tiga puluh empat provinsi, dari Sabang sampai Merauke.

SM: Apa yang menjadi harapan dan proyeksi Direktorat PAI terkait survei ini dan agar ke depannya bagaimana penguatan moderasi beragama di sekolah ini bisa berjalan lebih maksimal?

Direktur PAI: Yang pertama, harapan saya itu kan yang ideal artinya seluruh guru itu sudah clear. "clear’n’clean". Mereka mempunyai sikap moderat, bahkan sikap moderat itu menjadi pegangan pandangan hidup. Yang kedua, Moderasi Beragama ini harus membangun adanya persamaan visi, artinya kadang kala begini, kita di Direktorat selesai, belum tentu di satuan pendidikan selesai. Atau kita misalnya sudah selesai, belum tentu di rumah. Di kita sudah, di sekolah sudah, di rumah sudah, belum tentu di luar sekolah dengan lingkungan. Karena ini, saya ingin berharap, kita mampu satu visi satu konsep tentang moderasi beragama di mana pun kita berada, di mana pun guru-guru, mau di luar sekolah, mau di dalam kelas, mau di rumah, ataupun di luar rumah. Ini yang penting walaupun agak sulit juga. Tapi, mudah-mudahan bisa kita laksanakan. Kita tidak boleh menyerah untuk menguatkan Moderasi Beragama. Yang ketiga, kita harus melengkapi sarana dan prasana terkiat pelaksanaan Moderasi Beragama ini. Kita bangun agar upaya agar anggarannya cukup agar bisa agenda ini bisa terlaksana dengan baik.


Tags: # PAI