Direktur KSKK Madrasah, Moh. Isom memberikan sambutan

Direktur KSKK Madrasah, Moh. Isom memberikan sambutan

Bogor (Kemenag) --- Kementerian Agama melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam menyempurnakan peta jalan pendidikan islam inklusif yang tidak hanya untuk madrasah dan Direktorat GTK, namun sebagai roadmap pendidikan Islam inklusif di tingkat Ditjen Pendidikan Islam.

Penyempurnaan ini dimaksudkan agar pendidikan inklusif menjangkau layanan pendidikan inklusif di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), pada layanan Pendidikan Agama Islam (PAI) pada sekolah, dan juga layanan pada Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren.

Demikian disampaikan  Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah, Moh. Isom, saat memberikan sambutan dan arahan atas nama Dirjen Pendis, dalam rangka pembukaan kegiatan konsinyering peta jalan pendidikan madrasah inklusi di Bogor.

“Pendidikan Islam Inklusif adalah pilihannya, bukan Pendidikan Islam Luar Biasa (MLB). Mengapa?,  karena lebih manusiawi, azas kesetaraan, lebih menghargai, fleksibel dan lebih mendidik,” tutur Isom di Bogor, Kamis (11/11/2021).

Menurut Isom, pendidikan inklusif bisa diibaratkan beli satu dapat lima. Artinya dengan komitmen penguatan pendidikan inklusif pada madrasah, maka masuk di dalamnya ada pendidikan ramah anak, pendidikan berwawasan gender, anti kekerasan seksual, multicultural dan   moderasi beragama.  

"Layanan pendidikan islam yang inklusif tidak boleh seperti proyek. Harus dipikirkan keberlangsungan dan keberlanjutan serta partisipasi semua pihak,” kata Isom.

Karena itu, Lanjut Isom, roadmap pendidikan madrasah inklusif ini menjadi sangat penting, agar semua tersinergi. Harus dirinci dalam bentuk turunan berupa kegiatan dan penganggaran yang jelas dan terukur. “Ini menjadi tugas kita semua,” terangnya.

Isom menambahkan, penanganan pendidikan Islam inklusif bukanlah sekedar urusan sarana prasarana, fasilitas, dan kecukupan regulasi yang mengaturnya, namun lebih penting adalah urusan ketulusan hati.

“Mari kita tumbuhkan semangat, ketulusan dan cara pandang kasih sayang ‘bi ainir rahmah’  kepada para  guru, dosen, dan pejabat kependidikan terkait,” ajaknya.

“Inilah yang harus diperhatikan oleh pendidikan Islam. Bahkan layanan pendidikan inklusif bagi kita adalah amanat keagamaan, bagian dari ibadah kepada Allah SWT”, imbuhnya.   

Di akhir sambutannya, Moh. Isom menyapaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada tim penyusun roadmap Pendidikan Islam Inklusif.

Koordinator Tim Roadmap Madrasah Inklusif, Siti Sakdiyah, melaporkan bahwa kegiatan ini merupakan rangkaian kegitan panjang penyusunan roadmap madrasah inklusif. “Kali ini konsinyering untuk menyelaraskan antar Direktorat di bawah Direktorat Jenderal Pendiikan Islam Kementeraian Agama RI,” terangnya.

Hadir dalam pertemuan ini adalah utusan dari Direktorat KSKK Madrasah, direktorat GTK, Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI), Direktorat Pendidikan Diniyah dan  Pondok Pesantren (PD Pontren) dan Kesekretariatan Dirjen Pendis. Kegiatan ini juga melibatkan perwakilan dari Balitbang Kemenag RI dan Pusdiklat Kemenag RI.  Juga melibatkan Tim Penyusun Roadmap yang terdiri dari para praktisi, akademisi, perwakilan organisasi pemerhati inklusif, pengawas madrasah dan lemaga mitra pembangunan (Inovasi). (ImamBk)