Al Hakim Bani Ismail saat mengikuti workshop di Thailand, (25/7)

Al Hakim Bani Ismail saat mengikuti workshop di Thailand, (25/7)

Bandar Lampung (Pendis) – Salah satu mahasiswa UIN Raden Intan Lampung (RIL) berhasil terpilih mewakili pemuda Indonesia untuk menjadi relawan lintas negara ASEAN (Association of Southeast Asian Nations atau Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara).

Al Hakim Bani Ismail, mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) berhasil menjadi salah satu bagian dari 120 peserta terpilih se-ASEAN pada program eMpowering Youths Across ASEAN (EYAA): Cohort 3 setelah sebelumnya melalui proses seleksi ketat yang dimulai sejak Januari 2023.

Program EYAA diinisiasi oleh ASEAN Foundation yang bermitra dengan Maybank Foundation yang bertujuan untuk memberdayakan kaum muda dan komunitas di seluruh wilayah dan memberikan platform pembelajaran yang edukatif dan eksperiensial kepada kaum muda melalui kesukarelaan sosial. Program ini melibatkan pemuda berbakat berusia 19 hingga 35 tahun di sepuluh Negara Anggota ASEAN 

Aim, sapaan akrabnya, menjelaskan, dari ratusan ribu pendaftar se-ASEAN, ASEAN Foundation menyeleksi melalui beberapa tahapan yaitu seleksi administrasi hingga seleksi wawancara sehingga menghasilkan 120 pemuda, termasuk 13 delegasi dari Indonesia.

“Tahapan yang pertama adalah tahap pemberkasan, yang dimana kita akan di-screening berdasarkan pengalaman berorganisasi, volunteer, dan prestasi yang kita miliki. Lalu setelah lolos seleksi berkas, kita melalui tahap wawancara,” jelas Aim.

Dia menyatakan, pada seleksi pemberkasan, hal utama yang dinilai adalah essay yang dibuat menggunakan bahasa Inggris. Aim menulis essay tentang pelestarian budaya Lampung, terutama terkait bahasa Lampung yang sudah hampir punah.

Selain itu, dia juga mengusulkan Bisindo (bahasa isyarat Indonesia) dari bahasa Inggris ke Indonesia sehingga penyandang tuna rungu bisa mengetahui informasi global, dan terlibat dalam berbagai perlombaan ataupun kegiatan yang menggunakan bahasa Inggris.

Setelah dinyatakan lolos seleksi berkas, ia lanjut ke seleksi wawancara yang dilakukan langsung oleh pihak ASEAN Foundation secara daring. Beberapa hal yang ditanyakan oleh tim seleksi adalah tentang pengalaman berorganisasi dan cara menghadapi situasi di daerah tidak dikenal. Selain itu, ia juga ditanya tentang tujuan mengikuti program tersebut, termasuk apa yang ingin didapatkan dari kegiatan yang dia ikuti.

Dia bersama para pemuda terpilih saat ini sedang mengikuti workshop regional di Chulalongkorn University, Bangkok, Thailand, selama seminggu hingga 28 Juli 2023 sebagai pembekalan pengetahuan dan keterampilan, sebelum diterjunkan ke daerah proyek masing-masing. 

Mereka kemudian akan berpartisipasi aktif dalam implementasi proyek dengan Civil Society Organisation (CSO), mulai dari 28 Juli hingga 13 Agustus 2023, di salah satu Negara ASEAN berikut: Kamboja, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Singapura.

Usai mengikuti workshop regional di Thailand, dia bersama sembilan delegasi dari negara ASEAN lainnya dan didampingi oleh tiga orang CSO yang menggagas proyek pemberdayaan tersebut, akan diterbangkan ke Tenukiik, Pulau Atambua, Nusa Tenggara Timur (NTT). Di pulau terluar Indonesia ini, mereka akan melaksanakan proyek komunitas terkait pemberdayaan Ibu-Ibu penenun Atambua.

Berbekal pengalaman ajang kepemudaan internasional yang pernah ia ikuti yaitu menjadi delegasi program Australia Indonesia Youth Exchange Program (AIYEP) pada tahun 2022, ia mengaku berdasarkan pengalaman tersebut sudah memiliki gambaran akan apa yang akan dilakukan sebagai wakil Indonesia.

“Saya berharap mendapatkan skill yang dapat menunjang jalannya pemberdayaan di seluruh Asia Tenggara, terutama pada area terpencil. Sebagai salah satu delegasi Indonesia, semoga saya bisa menjadi role model penggerak bagi pemuda Indonesia untuk dapat aktif dalam pemberdayaan lingkungan sekitar,” katanya.